Jumlah perempuan yang berkecimpung di dunia sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Kurang dari 30% perempuan bekerja sebagai peneliti.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini. Salah satunya adalah stereotip terkait kemampuan kognitif, minat kerja, keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga, keyakinan terhadap kemampuan di bidang tertentu yang hanya didominasi oleh laki-laki, dan stereotip terkait gender. Misalnya, terdapat persepsi bahwa perempuan kurang logis atau lebih emosional, yang pada akhirnya memengaruhi citra diri dan kinerja mereka di bidang STEM. Media juga terkadang mendukung stereotip tersebut dengan penggambaran yang sering mengaitkan STEM dengan laki-laki.
Stereotipe ini jelas berbahaya. Penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan yang dibesarkan dengan norma gender tradisional cenderung menunjukkan kinerja yang lebih rendah dalam tugas-tugas spasial yang penting bagi STEM.
Selain itu, stereotip yang mengaitkan sains dengan sifat-sifat maskulin membuat perempuan enggan memilih karier di bidang STEM. Hal ini dikarenakan faktor keluarga, guru, dan lingkungan sosial juga mempengaruhi minat dan menurunkan rasa percaya diri serta minat perempuan untuk berkarir di bidang tersebut, meskipun memiliki prestasi akademik yang baik.
Padahal, peran perempuan sangat dibutuhkan untuk memberikan banyak inovasi dan memperkaya cara pandang terhadap tantangan global seperti krisis iklim, krisis kesehatan masyarakat, proliferasi nuklir, ketahanan pangan dan inovasi teknologi. Masuknya lebih banyak perempuan ke dalam STEM akan membuka jalan bagi kesetaraan gender di dunia profesional yang telah lama didominasi oleh laki-laki.
Wanita juga bisa melakukannya
Bidang STEM tidak hanya diperuntukkan bagi laki-laki. Perempuan pun mempunyai potensi yang sama untuk berkontribusi di bidang ini. Kehadiran perempuan di STEM sebenarnya dapat membawa perspektif yang lebih beragam dan solusi yang lebih holistik dan inklusif terhadap isu-isu global seperti perubahan iklim, kesehatan masyarakat, dan teknologi informasi.
Melibatkan perempuan dalam STEM tidak hanya meningkatkan keberagaman ide dan pendekatan, namun juga mendorong terciptanya teknologi yang berkelanjutan untuk kebutuhan seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, mendukung pendidikan dan karir perempuan di bidang STEM merupakan langkah penting dalam menciptakan masa depan yang lebih nyaman dan adil bagi semua kelompok.
Salah satu wanita yang mendedikasikan hidupnya dan sukses di STEM adalah Marie Curie. Marie Curie adalah wanita pertama yang menjadi profesor di Universitas Paris di bidang fisika umum. Dia juga wanita pertama yang menerima Hadiah Nobel sebanyak dua kali.
Marie Curie adalah satu-satunya wanita di antara ilmuwan terkenal lainnya yang didominasi oleh pria. Foto ini dijuluki The Most Intelligent Picture Ever Taken karena penuh dengan ilmuwan terkenal. Foto ini memperlihatkan para peserta Konferensi Solvay tentang Mekanika Kuantum ke-5, 1927. Dari 29 peserta, 17 di antaranya adalah pemenang Hadiah Nobel. Keterangan foto dari kiri ke kanan dari belakang: Auguste Piccard, Emile Henriot, Paul Ehrenfest, Edouard Herzen, Theophile de Donder, Erwin Schrodinger, JE Verschaffelt, Wolfgang Pauli, Werner Heisenberg, Ralph Fowler, Leon Brillouin. Di tengah: Peter Debye, Martin Knudsen, William Lawrence Bragg, Hendrick Anthony Kramers, Paul Dirac, Arthur Compton, Louis de Broglie, Max Born, Niels Bohr. Depan: Irving Langmuir, Max Planck, Marie Curie, Hendrick Lorenz, Albert Einstein, Paul Langevin, Charles-Eugène Guy, CTR Wilson, Owen Richardson. Sumber foto: https://rarehistoricalphotos.com/solvai-conference-probabli-intelligent-picture-ever-taken-1927/
Wanita lain yang berjasa di bidang STEM adalah Rosalind Franklin. Ia menemukan struktur molekul DNA, yang merupakan komponen penting dalam pengkodean informasi genetik. Wanita lainnya adalah Ada Lovelace, yang karyanya adalah komputer mekanik pertama, sering disebut programmer pertama di dunia. Baru-baru ini ada Catherine Louise Bowman, seorang ilmuwan komputer asal Amerika Serikat (AS) yang mengembangkan algoritma untuk menangkap gambar pertama lubang hitam.
Bagaimana dengan Indonesia?
Di Indonesia, daftar 10 besar ilmuwan Indonesia peraih Scopus H-Index tertinggi berdasarkan SINTA Kemendikbud masih didominasi oleh laki-laki dengan hanya tiga perempuan yaitu Emiliana Tjitra di peringkat ketujuh disusul Dina Anggraini Ningrum di peringkat kedelapan, disusul oleh Arridina Susan Silitonga pada tempat kesembilan.
Kehadiran Stella Christie sebagai Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi di kabinet Merah Putih membawa angin segar dan mood positif bagi perempuan untuk bekerja dan berkarir di bidang STEM. Dukungan pemerintah terhadap perempuan untuk melanjutkan pendidikan tinggi juga terlihat dari jumlah perempuan penerima beasiswa LPDP tahap 1 pada tahun 2024 yaitu 53%.
Namun, tren positif ini saja tidak cukup. Program seperti mentoring dan coaching, dimana perempuan muda mempunyai mentor dan panutan bagi perempuan yang lebih tua, akan mampu meningkatkan kepercayaan diri perempuan muda dalam memulai karirnya.
Selain itu, perlu untuk mempromosikan citra perempuan yang beragam dan positif di bidang STEM.
Keduanya memerlukan kebijakan yang mendukung lingkungan kerja yang inklusif, sehingga dapat membuka lebih banyak peluang bagi perempuan untuk berkembang di bidang tersebut. Di sinilah peran pemerintah dapat berperan.
Dengan menghilangkan stereotip dan membuka lebih banyak peluang, perempuan akan lebih berani memasuki bidang STEM dan menjadi bagian dari kemajuan ilmu pengetahuan dan solusi masa depan.
Negaraku
Negaraku Indonesia
Informasi mengenai king slot
king selot
king slot
king slot
kingselot
pg king slot