Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran tahun 2024 telah dianugerahkan kepada dua ilmuwan asal Amerika Serikat (AS), Victor Ambrose dari UMASS Chan Medical School dan Gary Ruvkun dari Harvard Medical School. Keduanya adalah penemu microRNA (miRNAs atau micro-RNAs), kelompok molekul kecil yang bertindak sebagai pengontrol gen dalam sel tubuh kita.
Penemuan miRNA telah merevolusi dunia biologi molekuler dan kedokteran dengan membuka pemahaman lebih dalam mengenai regulasi genetik yang jauh lebih kompleks dari perkiraan sebelumnya. Penemuan ini telah mendorong berbagai penelitian lain, termasuk cara kerja tubuh makhluk hidup, proses menghidupkan dan mematikan gen (regulasi gen), perkembangan berbagai jenis kanker, dan potensi terapi untuk mengobati berbagai jenis penyakit.
Setiap inovasi teknologi, terobosan di bidang kesehatan, hingga aplikasi yang kita gunakan sehari-hari, sebagai landasan teori selalu menggunakan konsep-konsep dari ilmu-ilmu dasar seperti fisika, kimia, biologi dan matematika. Penemuan miRNA yang dilakukan Ambrose dan Ruvkun, misalnya, merupakan hasil penelitian ilmu dasar yang mendalam di bidang biologi dan genetika.
Hal ini menunjukkan bahwa investasi pada ilmu dasar sangatlah penting. Sebab, pengembangan ilmu pengetahuan dasar tidak hanya menjadi landasan penemuan-penemuan besar, namun juga menjadi kunci pendorong kemajuan suatu bangsa di berbagai sektor, seperti teknologi, kesehatan, dan perekonomian.
Victor Ambrose dan Gary Ruvkun, pemenang Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran 2024 Ilustrasi: Niklas Elmehed Dimulai dengan ilmu dasar
Perkembangan ilmu dasar dalam dunia pendidikan menjadi kunci terciptanya generasi ilmuwan dan pekerja berkualitas di Indonesia.
Sayangnya, banyak yang menganggap program studi ilmu-ilmu dasar di perguruan tinggi sulit dan tidak menarik. Padahal, pendidikan sains dasar yang baik dapat membentuk cara berpikir kritis dan analitis, hal ini sangat diperlukan dalam dunia kerja, khususnya di era revolusi industri 4.0.
Selain itu, ilmu pengetahuan dasar juga berperan penting dalam meningkatkan daya saing negara. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Jerman, dan Jepang memahami betul bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi terapan hanya dapat dicapai dengan landasan dasar keilmuan yang kuat. Mereka banyak berinvestasi dalam pendidikan dan penelitian ilmiah dasar untuk memastikan mereka selalu terdepan dalam inovasi.
Sementara itu, di Indonesia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seringkali terhambat karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap ilmu pengetahuan dasar. Faktanya, di era globalisasi dan persaingan teknologi yang semakin ketat, investasi pada ilmu pengetahuan dasar menjadi semakin penting.
Untuk mendorong pendidikan dan penelitian ilmiah dasar
Pendidikan sains dasar yang baik harus dimulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Sekolah harus mampu mengajarkan ilmu-ilmu dasar secara kreatif dan menarik, sedangkan perguruan tinggi harus mendorong penelitian inovatif di bidang ilmu-ilmu dasar.
Penelitian ilmu dasar seringkali memakan waktu yang lama dan tidak selalu membuahkan hasil dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, banyak pihak yang enggan berinvestasi pada penelitian dasar karena dianggap tidak memberikan keuntungan finansial.
Untuk memperkuat pendidikan dan penelitian sains dasar, pemerintah dapat memberikan kesempatan kepada konsorsium ilmiah seperti Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) dan Masyarakat Bioinformatika dan Keanekaragaman Hayati Indonesia (MABBI) untuk berkontribusi pada kurikulum program studi terkait di perguruan tinggi. Sebab, tanpa otonomi keilmuan, sulit menciptakan inovasi yang signifikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Faktanya, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah positif melalui kebijakan Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) yang mencakup berbagai bidang ilmu dasar. Namun, agar kebijakan ini efektif, pendanaan untuk penelitian dasar perlu ditingkatkan secara signifikan.
Memperkuat kemitraan dan kerja sama
Kemitraan perlu diperkuat antara universitas, lembaga penelitian, dan sektor industri. Di AS dan Jepang, kontribusi sektor swasta terhadap pendanaan penelitian sebenarnya melebihi kontribusi pemerintah. Skema ini sudah ada di Indonesia melalui platform Kedaireka Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek). Namun persyaratan administratifnya perlu dipermudah agar sektor industri lebih antusias untuk berpartisipasi.
Pemerintah juga dapat belajar dari negara-negara yang berhasil mengembangkan ilmu dasar melalui kebijakan yang mendukung inovasi berbasis ilmu pengetahuan. Negara-negara seperti Korea Selatan dan Tiongkok, yang dulunya dianggap tertinggal, kini telah menjadi pusat teknologi global berkat kebijakan yang berfokus pada penguatan ilmu pengetahuan dan penelitian dasar. Keberhasilan mereka di industri semikonduktor, elektronik, dan bioteknologi menjadi bukti bahwa kekuatan di bidang ilmu-ilmu dasar mampu mengubah nasib suatu bangsa.
Kerja sama internasional juga berperan penting dalam percepatan pengembangan ilmu dasar di Indonesia. Melalui kerja sama dengan universitas dan lembaga penelitian internasional, ilmuwan Indonesia dapat mengakses teknologi, mengembangkan keahlian dan memperluas jaringan penelitiannya. Indonesia juga harus bekerja sama dan berkolaborasi dengan badan-badan internasional seperti Badan Kesehatan Dunia atau WHO, sehingga para ilmuwan terkait di seluruh dunia dapat merujuk pada hasil penelitian kita.
Selain meningkatkan kualitas penelitian, kolaborasi membuka peluang untuk mengembangkan solusi yang relevan secara global dan lokal, seperti pengendalian penyakit endemik dan inovasi sumber energi terbarukan.
Pengetahuan dasar penting untuk pemecahan masalah
Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang melimpah, namun memiliki banyak permasalahan yang timbul akibat eksploitasi yang tidak tepat, perubahan iklim, dan bencana alam.
Selain itu, kebijakan di Indonesia seringkali kurang efektif dan berkelanjutan karena tidak didasarkan pada bukti ilmiah yang kuat. Faktanya, ilmu pengetahuan dasar dapat memberikan solusi dan membantu pemerintah mengambil kebijakan yang lebih tepat.
Fisika dan kimia misalnya, dapat berkontribusi pada pengembangan teknologi energi terbarukan yang ramah lingkungan, sedangkan biologi dapat digunakan untuk melestarikan keanekaragaman hayati yang ada.
Selain itu, penelitian biologi dasar telah digunakan untuk mengembangkan strategi baru untuk mengendalikan penyakit endemik seperti Japanese encephalitis (JE) dan demam berdarah di Indonesia.
Penelitian di bidang fisika juga berperan dalam pengembangan teknologi terkait energi alternatif terbarukan yang dapat diterapkan di daerah terpencil yang masih belum terjangkau jaringan listrik.
Implementasi tersebut menunjukkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan dasar dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia.
Pengembangan pengetahuan dasar memperkuat kemandirian
Saat ini inovasi teknologi yang digunakan di Indonesia banyak yang berasal dari negara lain, sehingga Indonesia hanya berperan sebagai end user. Ketergantungan tersebut menjadikan Indonesia rentan terhadap berbagai dinamika global, seperti perubahan harga atau kebijakan perdagangan yang dapat merugikan perekonomian nasional. Padahal, Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi pemain besar di Asia dan dunia.
Ketika Indonesia mampu mengembangkan teknologi secara mandiri, maka bangsa ini akan semakin kompetitif di pasar global. Kemerdekaan ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, namun juga memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional.
Pasalnya, negara-negara yang mandiri secara teknologi akan lebih dihormati dan mempunyai pengaruh lebih besar dalam perundingan global, terutama pada isu-isu terkait perdagangan, lingkungan hidup, dan keamanan.