Logam dengan cepat mengubah sejarah peradaban manusia dan dunia. Hanya membutuhkan waktu sekitar 11 ribu tahun bagi manusia untuk mampu membuat artefak menakjubkan dari logam dan mengeksploitasi lingkungan serta menciptakan sebuah peradaban.
Secara kronologis, masyarakat tidak langsung merendam logam tersebut. Sebelum mengetahui bahwa logam dapat ditambang dan dilebur, masyarakat terlebih dahulu menggunakan bahan logam sebagai hiasan, seperti kalung, gelang, dan anting.
Saya tergabung dalam tim peneliti yang dipimpin oleh Hartatik, peneliti arkeologi BRIN. Kita ikuti jejak pengerjaan logam di Kalimantan 2017-2021 berdasarkan catatan Karl Schwanner, ahli geologi Jerman yang bekerja di Hindia Belanda pada tahun 1853.
Schwaner melakukan perjalanan ke hulu dari Sungai Barito. Dalam bukunya yang berjudul Kalimantan: beschrijving van het stroomgebied van den Barito en reizen langs eenige voorname rivieren van het zuid-oostelijk vorsetten van dat eiland atau Kalimantan: gambaran tentang cekungan Barito dan perjalanan menyusuri sebagian besar sungai di bagian selatan bagian tenggara, ia memaparkan penemuannya terkait kegiatan peleburan besi di Kalimantan. Buku ini diterbitkan sebelum Perang Banjar pada tahun 1859.
Aktivasi pemrosesan di sebelah iang terlukis dalam Buku Carl Anton Ludvig Maria Schvaner iang berjud 'Borneo'. Carl Anton Ludwig Maria Schwaner/Kalimantan. Deskripsi cekungan Barita dan perjalanan menyusuri beberapa sungai besar di bagian tenggara pulau tersebut
Mengacu pada buku Schavner, kami menemukan aktivitas peleburan logam di lokasi peleburan besi di kawasan Montalat, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Temuan ini menambah bukti arkeologi sisa-sisa situs peleburan besi di Danau Matano, Luvu, Sulawesi Selatan, yang dikaitkan dengan aktivitas perdagangan dan pertukaran barang pada masa Kerajaan Majapahit di Sulawesi Selatan. Ada pula bukti peleburan besi pada masa Islam berupa kowis (tempayan peleburan logam), sisa-sisa uban, cetakan negatif, dan bekas lubang pembakaran yang ditemukan di situs Banten.
Batuan laterit yang dilekatkan pada magnet merupakan bahan dasar ekstraksi besi. Harry Sofian Jejak Penelitian Peleburan Besi di Kalimantan
Selama periode survei lima tahun, kami berhasil menemukan 26 pabrik peleburan besi di daerah aliran sungai Teveh dan Montalat, Kalimantan Tengah. Kami kemudian melakukan penggalian arkeologi di lima situs antara lain Buren Benangin, Buren Temelalo, Buren Mejahing, Buren Jaga Ramis dan Buren Mangu. Penggalian di lima lokasi situs ini menemukan sisa terak besi, bijih besi hancur, material besi berupa laterit dan hematit, tuyeres (pipa udara) dan arang.
Buren Temelalo Lokasi tungku peleburan. Harry Sofian
Kami kemudian melakukan analisis C14 – studi tentang radiokarbon yang terbentuk dari reaksi nuklir antara nitrogen dan neutron – di 5 situs arkeologi di lembah Sungai Montalat di laboratorium Universitas Waikato, Selandia Baru. Hasil penelitian menunjukkan umur masing-masing situs yaitu situs logam Buren Benangin (1653-1665 M), Buren Temelalo (1528 – 1552 M), Buren Mejahing (1778 – 1789 M), Buren Jaga Ramis (1850 – 1868 M), dan Buren Mangu (1748 – 1809 M). Artinya umur tempat peleburan besi di daerah aliran sungai Teve dan Montalat adalah antara abad 16 dan 19 Masehi.
Peta lokasi peleburan bijih di DAS Barita. Artikel “Penemuan Baru Tempat Peleburan Besi Purba di Kalimantan”
Saya melakukan survei eksperimental peleburan logam pada tahun 2019. Ini merupakan survei eksperimental logam pertama yang dilakukan berdasarkan temuan arkeologi di situs Benangin dan Temelalo. Hasil percobaan tersebut dapat memberikan jawaban atas pertanyaan mengenai proses peleburan besi dengan sumber daya lokal berupa laterit dan hematit. Tungku besi eksperimental juga dapat melelehkan besi mentah dan memisahkan besi murni dari kotoran.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Kalimantan Tengah sudah sejak lama mampu membuat besi dari bahan mentah dan mengolahnya menjadi bahan logam setengah jadi.
Eksperimen peleburan logam besi dilakukan di Kalimantan. Harry Sofian
Selain di daerah DAS Montalat, tempat peleburan besi juga ditemukan di Gua Cililin 1, Gua Batu Larung, dan Gua Liang Kale di provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2019 di kawasan tersebut mengungkapkan bahwa rotan digunakan di bagian bawah tungku untuk membuat bentuk tungku peleburan besi tanah liat. Tungku peleburan ini berukuran cukup besar dengan luas bagian bawah tungku berukuran 50 x 50 cm.
Penggalian berhasil menemukan terak besi (slag), tanah terbakar dan arang. Berdasarkan analisis penanggalan karbon C-14 terhadap dua sampel arang dari kedalaman 60 cm (130-229 M) dan kedalaman 75 cm (2 SM-70 M). Hal ini menunjukkan bahwa pengerjaan logam telah dilakukan setidaknya pada awal abad ke-2 M – 229 M.
Bekas Penggunaan Rotan di Dasar Tungku di Gua Cililin 1. Artikel 'Penemuan Baru Pabrik Peleburan Besi Purba di Kalimantan'
Pada tahun 2020, tim peneliti menemukan jejak peleburan besi di Desa Maridan yang terletak di dekat ibu kota Baru, Provinsi Penayam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Penggalian menemukan terak besi, tuyere, tanah terbakar, arang dan laterit. Analisis penanggalan karbon C-14 terhadap sampel arang dari kedalaman 10 cm dan 30 cm mengungkapkan bahwa kawasan peleburan besi di kawasan Maridan terjadi sekitar abad 15-16 Masehi.
Penggalian situs Maridan, Kalimantan Timur. Hari Sofian Sejarah Masuknya Logam ke Indonesia
Penelitian archaeometallurgical (subdisiplin ilmu arkeologi yang mempelajari teknologi pembuatan logam) secara lebih intensif selama 7 tahun berhasil mengungkap dengan lebih pasti kronologi masuknya logam ke nusantara.
Penemuan logam pertama di Gua Harimau Sumatera pada abad ke-4 SM hingga abad ke-1 M, misalnya, menjadi tonggak awal kebangkitan Zaman Logam di Indonesia. Disusul dengan ditemukannya tungku peleburan besi pertama di Kalimantan pada awal abad Masehi yang berlangsung hingga abad ke-19 Masehi.
Penemuan survei logam ini melengkapi hasil survei logam yang juga dilakukan di wilayah Matano, Sulawesi Selatan pada abad ke-9 hingga ke-19 Masehi. Wilayah Matano yang merupakan bagian dari Kerajaan Luvuk memasok besi ke Kerajaan Majapahit pada abad ke-13 Masehi.
Sementara itu, penelitian di kawasan Bali yang dilakukan Ambra Calo, arkeolog dari Australian National University, Australia, dan Thomas Oliver Price, peneliti di Centre National de la Recherche Scientifique (CNRS), Prancis, berhasil mencatat adanya pertukaran. hubungan Wilayah Bali dengan daratan Asia Tenggara di wilayah Xepong, Laos. Penelitian ini membuktikan adanya aktivitas ekspor logam mentah dari tambang logam kuno Wilabouli di Laos, Bali pada awal Masehi, untuk diolah secara lokal menjadi bahan jadi.
Peta sebaran tempat peleburan bijih besi di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Laos. Artikel “Penemuan Baru Tempat Peleburan Besi Purba di Kalimantan”
Penelitian kami di Kalimantan telah berkontribusi pada data dan pemahaman kami tentang teknologi logam kuno di Indonesia. Hal ini juga membuktikan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal teknik peleburan logam sejak 2000 tahun yang lalu.