Prabovo-Gibran yang pencalonannya sebagai presiden dan wakil presiden menuai kontroversi, akan mulai bekerja pada 20 Oktober 2024.
Untuk melindungi pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #PantauPrabovo yang berisi pertanyaan-pertanyaan penting yang muncul dari pemetaan kami dengan jaringan penulis TCID. Edisi kali ini juga mengulas 10 tahun pemerintahan Joko Widodo, serta memberikan persiapan bagi Prabowo-Gibran dalam menjalankan tugasnya.
Seiring tersebarnya pemberitaan tentang susunan kementerian baru di kabinet Merah Putih, begitu pula pemberitaan tentang keinginan Presiden Prabov yang disampaikan melalui Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah yang baru dilantik, Abdul Muti, bahwa matematika harus diajarkan dari awal. lalu aktif. anak-anak tersebut berada pada tingkat taman kanak-kanak.
Alasannya, Abdul Mu'ti menyatakan:
“Karena beliau sangat ‘concern’ terhadap peningkatan kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi, dan jika kita berbicara tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, salah satunya adalah matematika. “Dan ada tawaran untuk mengajar matematika di sekolah dasar, dari kelas 1 sampai 4, dan mungkin memperkenalkan matematika untuk anak-anak di tingkat TK.”
Keinginan tersebut mendapat tanggapan berbeda dari masyarakat, akademisi bahkan orang-orang berpengaruh.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Bidang Pendidikan Esti Vijayanti menegaskan, hal tersebut perlu kajian mendalam dan perencanaan matang. Lebih lanjut, Esti menyatakan penyampaian materi matematika di tingkat TK memerlukan sistem dan mekanisme tersendiri.
Masyarakat pada umumnya menganggap matematika merupakan mata pelajaran sulit yang menimbulkan ancaman bagi anak. Karena mata pelajaran ini memerlukan perhitungan yang rumit, penggunaan simbol dan rumus yang seringkali tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Selain itu, anggapan bahwa matematika identik dengan aritmatika, yaitu operasi penghitungan bilangan seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, perlu dikoreksi. Sebenarnya matematika bukan sekedar aritmatika, karena aritmatika adalah bagian dari matematika.
Jadi matematika seperti apa yang harus dipelajari anak-anak di tingkat taman kanak-kanak? Benarkah pengajaran matematika pada anak TK akan mempengaruhi kemampuan anak dalam bidang sains dan teknologi?
Matematika sebagai pengalaman sensorik dan motorik
Jean Piaget (1896-1980), seorang filsuf dan psikolog pendidikan yang mengembangkan teori perkembangan kognitif anak, menyatakan bahwa anak di bawah usia 7 tahun berada pada tahap sensorik-motorik dan pra-operasional. Artinya mereka dapat memahami lingkungan sekitar melalui pengalaman sensorik dan motorik serta mulai merepresentasikan objek yang mereka amati.
Pengenalan konsep matematika dapat dilakukan dimulai dari orang terdekat anak, termasuk penggunaan bagian tubuh. Orang tua di rumah dan guru di sekolah dalam mengajarkan berhitung biasanya menggunakan jari sebagai alat untuk memahami konsep besaran.
Namun materi yang perlu diajarkan kepada anak tidak hanya simbol atau catatan angka saja, melainkan pemahaman konsep besaran dan hubungan besaran (hubungan kuantitatif) benda-benda yang ada di sekitar anak. Contohnya adalah membandingkan banyak benda (besaran) dan mengamati perubahan besaran yang terjadi jika suatu benda ditambahkan atau dikeluarkan dari suatu kumpulan benda.
Aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan konsep pengukuran juga erat kaitannya dengan konsep besaran. Misalnya mengukur tinggi badan anak dalam satuan inci dan membandingkan tinggi badan dua anak yang berbeda berdasarkan hasil pengukuran dalam satuan inci.
Contoh lainnya adalah mengukur lebar suatu ruangan dengan telapak kaki kemudian membandingkan hasil pengukurannya jika menggunakan dua ukuran sol yang berbeda, misalnya ukuran kaki anak-anak dan ukuran kaki orang dewasa. Pemahaman konsep hubungan antar besaran merupakan landasan awal kemampuan berpikir matematis tingkat selanjutnya.
Menjelajahi hubungan antara besaran dan konteks pengukuran. Berpikir kritis dengan matematika
Keterampilan berpikir kritis sebagai salah satu kemampuan abad 21 dapat diasah melalui kelas matematika. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis anak adalah dengan membandingkan benda, seperti membandingkan bentuk, ukuran, dan warna, kemudian mengelompokkan benda berdasarkan bentuk, ukuran, atau warna. Kemampuan membandingkan, termasuk menjelaskan persamaan dan perbedaan, menjelaskan bagaimana dan mengapa dua benda berbeda atau sama, merupakan awal dari pengembangan kemampuan berpikir kritis anak.
Kegiatan selanjutnya yang dapat dieksplorasi adalah merakit dan menguraikan suatu bentuk geometris. Suatu bangun datar dapat diuraikan menjadi dua bangun datar, kemudian bagian-bagian yang sama dapat disusun kembali menjadi bentuk yang berbeda (lihat gambar). Kegiatan ini mengasah kemampuan analisis anak dalam melihat bagian-bagian suatu bentuk secara keseluruhan dan kemampuan sintesa dalam menyusun suatu bentuk baru.
Ilustrasi mendeskripsikan ('mengurai') dan menyusun ('merakit') bentuk-bentuk geometris. Keterampilan matematika dan komunikasi
Pada usia TK, komunikasi merupakan salah satu kemampuan yang berkembang pesat. Sayangnya, keterampilan komunikasi dan presentasi dalam menjelaskan konsep dan ide matematika masih belum menjadi perhatian serius di sekolah.
Padahal, keterampilan komunikasi matematika merupakan salah satu standar proses matematika yang ditetapkan dalam Kurikulum Independen dan standar internasional yang diterbitkan oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM).
Mengekspresikan gagasan dan menjelaskan gagasan secara visual atau verbal merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk melatih kemampuan komunikasi dan kerjasama anak. Dalam kaitannya dengan matematika, anak dapat menggunakan gambar atau representasi suatu benda untuk mengkomunikasikan gagasannya, misalnya dalam menjelaskan ciri-ciri suatu benda atau membandingkan bentuk dan ukuran dua benda.
Matematika sebagai penunjang ilmu pengetahuan dan teknologi
Jika menilik kurikulum matematika sekolah di Australia, Amerika Serikat (AS) atau Belanda, maka penyusunan standar dan kompetensi matematika anak pada tingkat taman kanak-kanak merupakan bagian yang terpadu dan berkesinambungan pada jenjang pendidikan dasar. Konsep keberlanjutan ini juga menjadi perhatian Badan Standar, Kurikulum, dan Penilaian Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam penyusunan dokumen Panduan Pencapaian Pembelajaran Tahap Foundation yang akan diterbitkan pada tahun 2024. .
Dokumen ini secara tegas menyatakan bahwa dasar-dasar literasi, matematika, sains, teknologi, teknik, dan seni merupakan bagian dari ciri-ciri cakupan hasil belajar yang harus dikuasai anak pada tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) atau taman kanak-kanak.
Karakteristik sejauh mana hasil belajar pada tahap pondasi.
Kemampuan menyatakan hubungan antar besaran (angka), mengidentifikasi pola, mengenal dan membandingkan bentuk dan ciri-ciri benda di lingkungan, mengklasifikasikan benda dan mengalami langsung dengan benda konkrit di lingkungan, merupakan kemampuan berpikir matematis yang sebaiknya dikembangkan pada tahap awal. tingkat PAUD.
Kemampuan matematis dan berpikir matematis yang meliputi berpikir kritis, logis, dan sistematis merupakan salah satu aspek mendasar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Keterkaitan antara perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan matematika merupakan topik yang dapat dikaji lebih jauh, sehingga kurikulum matematika dapat mengintegrasikan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak hanya pada tingkat PAUD dan TK, tetapi juga pada jenjang pendidikan selanjutnya.