Gunung Padang yang terletak di Desa Kariamukti, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, telah menarik perhatian masyarakat selama beberapa dekade terakhir. Apalagi menyusul terbitnya penelitian pada Oktober 2023 yang mengklaim Gunung Padang sebagai situs arkeologi kuno berusia sekitar 27.000 tahun, dengan bangunan berbentuk piramida raksasa terkubur di dalamnya.
Hingga saat ini, para peneliti baik dari dalam maupun luar negeri masih memperdebatkan umur dan bentuk asli Gunung Padang – apakah itu piramida kuno atau sekadar punden berundak, yaitu berundak-undak tanah yang dibuat mengikuti kontur bukit.
Sketsa khayal bentuk situs Gunung Padang yang dibuat oleh arsitek yang tergabung dalam Tim Independen Penelitian Terpadu pada tahun 2011 dan 2013. Sumber: Buku Situs Gunung Padang: Kebudayaan, Manusia dan Lingkungan. Sejarah penelitian dan awal mula kontroversi
Gunung Padang sebenarnya bukan penemuan baru bagi para arkeolog. Pada tahun 1891, seorang penjelajah Belanda bernama Verbeek pertama kali mempublikasikan keberadaan situs Gunung Padang dalam jurnal berjudul Verhandelingen van Het Bataviaasche Genootschap der Kunsten en Vetenschappen Deel XLVI.
Penelitian selanjutnya kemudian dilakukan oleh arkeolog Belanda Nj Krom pada tahun 1914 yang menyatakan bahwa Gunung Padang merupakan tempat pemujaan roh leluhur pada masa lampau.
Pada tahun 1979, tiga warga setempat menemukan tembok tinggi dan bebatuan di bukit ini, yang kemudian dilaporkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Kementerian Kebudayaan).
Setelah menerima laporan tersebut, pihaknya melakukan beberapa survei dan investigasi serta memasukkan Gunung Padang ke dalam peta arkeologi.
Lokasi dan penelitian situs Gunung Padang dilakukan oleh tim peneliti independen Gunung Padang. Sumber: Artikel Investigasi Geoarkeologi Piramida Prasejarah Gunung Padang yang Terkubur di Jawa Barat, Indonesia.
Gunung Padang baru mulai menjadi perbincangan pada tahun 2011, setelah kelompok peneliti dari Yayasan Turangga Seta melontarkan klaim yang cukup fantastis: adanya piramida di beberapa gunung di Jawa Barat, termasuk Gunung Padang. Mereka memperoleh bukti dari bisikan atau gagasan magis dari nenek moyang mereka untuk mengidentifikasi lokasi tersebut.
'Rumor piramida' ini kemudian ditindaklanjuti secara serius pihak istana melalui Tim Bencana Purba yang dibentuk oleh Andi Arif, Staf Khusus Presiden Bidang Kesejahteraan Sosial dan Penanggulangan Bencana di era Presiden Susilo Bambang Judojon. Kelompok penelitian yang semula berjumlah 12 orang peneliti ini kemudian berubah nama menjadi Tim Terpadu Penelitian Independen (TTRM) Gunung Padang dengan penambahan tim ahli dari berbagai disiplin ilmu, seperti arsitek, filolog, astronom, dan arkeolog.
Dipimpin ahli gempa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (sekarang BRIN) Danny Hillman Natavidjaya, tim melakukan pengeboran. Penemuan mereka seperti semen kuno, artefak pemotong raksasa, koin logam kuno, pasir peredam gempa, dan dugaan adanya berton-ton emas yang terkubur di situs Gunung Padang membuat heboh masyarakat.
TTRM mengklaim bahwa situs tersebut berasal dari tahun 13.000 hingga 23.000 SM. Kronologi penemuan situs tersebut kemudian dipublikasikan oleh arkeolog Ali Akbar dalam bukunya yang berjudul “Situs Gunung Padang, Misteri dan Arkeologi”.
Danny Hillman juga menulis buku “Plato Tidak Berbohong Tentang Atlantis di Indonesia” yang mencoba menghubungkan teks Plato tentang Atlantis dengan bencana dan hasil penelitian di Gunung Padang, menyiratkan kemungkinan bahwa tempat ini ada hubungannya dengan peradaban Atlantis. . .
Namun klaim tersebut mendapat banyak kritik dari para arkeolog, terutama yang tergabung dalam Ikatan Arkeolog Indonesia (IAAI). Dalam diskusi Juli 2013 di Seramba Salihara Jakarta, arkeolog seperti Truman Simanjuntak dan Daud Tanudirjo menyatakan bahwa hasil penelitian tim Danny masih sebatas hipotesis tanpa bukti arkeologis yang cukup kuat untuk mendukung klaimnya.
Pembahasan : Gunung Padang dan Tradisi Megalitikum Nusantara | Sumber: YouTube Pusat Seni Salihara. Piramida atau punden berundak?
Kontroversi seputar Gunung Padang muncul kembali pada tahun 2022, ketika situs tersebut ditampilkan dalam serial dokumenter yang dibawakan oleh Graham Hankook, penulis buku kontroversial tentang keberadaan peradaban kuno yang hilang, di Netflix.
Dalam serial Netflix, Gunung Padang disebut-sebut sebagai bagian dari “Atlantis” yang hilang. Kemunculan teori ini kembali menarik perhatian publik, khususnya di media sosial, dengan klaim bahwa peradaban kuno di paparan Sunda mungkin jauh lebih tua dari perkiraan sebelumnya.
Sebesar itukah 'kerajaan' Sunda di masa lalu?? | Kiamat Kuno | Klip.
Sekitar setahun setelah Gunung Padang muncul di serial Netflix, hasil penelitian Danny Hillman Natavidjaya dan timnya dipublikasikan di Jurnal Prospeksi Arkeologi pada Oktober 2023 dan memicu perdebatan lebih lanjut.
Penelitian Danny menyatakan bahwa Gunung Padang mungkin berbentuk piramida. Publikasi ini menimbulkan kehebohan, terutama karena klaim bahwa situs tersebut merupakan piramida tertua di dunia karena usianya sekitar 27.000 tahun. Namun pasal tersebut kemudian dicabut pada 18 Maret 2024 dan keabsahan gugatan kembali dipertanyakan.
Pandangan ilmiah tentang struktur Gunung Padang
Setelah membaca karya ilmiah ini, saya berpendapat bahwa metodologi yang digunakan Danny Hillman lebih fokus pada aspek geologi dibandingkan arkeologi. Karya ilmiah dan pemikiran Danny sebagai profesor geologi spesialis kebencanaan memang tidak perlu diragukan lagi, namun caranya menyamakan metode geologi dengan pembedahan arkeologi adalah salah.
Hillman menggunakan metode survei seperti pemetaan permukaan, pengeboran inti, pembuatan parit dan teknik geofisika terpadu yang meliputi GPR (Ground-Penetrating Radar), ERT (Electrical Resistivity Tomography) dan ST (Seismic Tomography) untuk melihat struktur bawah tanah pada tanah. Cara ini mungkin efektif untuk mengidentifikasi kondisi geologi, namun tidak relevan untuk menemukan artefak arkeologi (lapisan budaya) yang menjadi bukti aktivitas manusia di masa lalu.
Lapisan budaya merupakan konsep penting dalam arkeologi, mengacu pada lapisan tanah yang mengandung jejak aktivitas manusia di masa lalu. Apabila suatu lapisan tanah tidak mengandung artefak atau sisa-sisa lain yang berkaitan dengan kehidupan manusia, maka lapisan tersebut dianggap steril dari aktivitas manusia.
Tidak adanya temuan artefak di situs Gunung Padang menjadi indikasi bahwa lapisan ini kemungkinan besar tidak pernah ditempati atau dimanfaatkan manusia pada masa lalu.
Oleh karena itu, saya menyimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan Danny Hillman dan timnya adalah penelitian geologi dan bukan penelitian arkeologi. Oleh karena itu, penelitian mereka mengenai klaim keberadaan peradaban kuno tertua di Gunung Padang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Apakah Gunung Padang Merupakan Piramida Zaman Batu? Peer Review dengan Lutfi Iondri dan Harri Sofian | Sumber: Arkeolog YouTube dengan Flint Dibble
Secara struktur, Gunung Padang juga jelas bukan berbentuk limas, melainkan bangunan bertingkat berbentuk kontur bukit, seperti yang bisa kita lihat pada situs Pugung Raharjo, Lampung dan struktur Candi Borobudur di Jawa Tengah.
Struktur ini jelas berbeda dengan piramida yang memiliki struktur lebih kaku dengan sisi-sisi berbentuk segitiga bertemu di bagian atasnya.
Artikel ini diperbarui pada 2 Oktober 2024 pukul 17:41 untuk memperbaiki kesalahan pada tahun tersebut. Penelitian terkait Gunung Padang sebenarnya baru dirilis pada Oktober 2023, bukan 2024 seperti yang disebutkan sebelumnya. Kami mohon maaf atas kesalahan ini.